Sabtu, 24 Mei 2014

HAMA UTAMA PADA TANAMAN PADI (HPT)



A.      LATAR BELAKANG
Padimerupakantanamanpangan yang utama bagi masyarakat Indonesia. Para petani terus berfikir bagaimana tanaman padi dapat mencukupi kebutuhan pangan rakyat Indonesia yang kian tahun kian meningkat jumlahnya. Di balik itu semua tentu saja ada peluang dan ada pula tantangannya. Peluangnya yaitu dengan adanya padi yang dikenal dengan mandul jantan yang dapat disilangkan dengan padi jenis lain agar menghasilkan padi hibrida yang hasilnya nanti akan banyak dan mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Tetapi dibalik peluang itu, ada juga tantangan yang harus di lalui para petani padi agar padinya tetap tumbuh dengan baik, salah satunya adalah serangan hama.
Hama tentu saja sangat merugikan bila menyerang suatu jenis tanaman. Hama dan penyakit dapat menurunkan nilai ekonomi suatu tanaman dalam pasaran dan pada akhirny aada yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Maka dari itu pemahaman mengenai Hama perlu dilakukan untuk mengetahui jenis hama yang menyerang padi serta metode pengendalianya yang sesuai dengan system pengendalian hama terpadu (PHT)..


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban dan merupakan  tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam (Meneristek, 2009).
Varietas padi gogo lokal yang berasal dari Kalimantan yang masih diminati oleh petani karena daya adaptifnya yang baik antara lain : varietas Buyung, Cantik, Katumping, Sabai dan Sasak Jalan. Demikian pula di Sumatera varietas lokal seperti Arias, Simaritik, Napa, Jangkong, Klemas, Gando, Seratus Malam, dll. Varietas-varietas lokal umumnya selain berumur panjang, potensi hasilnya rendah sekitar 2 ton GKG/ha. Namun kelebihannya varietas lokal mempunyai rasa enak yang sesuai dengan etnis daerah setempat. Selain itu varietas lokal toleran terhadap keadaan lahan yang marjinal, tahan terhadap beberapa jenis hama dan penyakit, memerlukan masukan (pupuk dan pestisida) yang rendah, serta pemeliharaan mudah dan sederhana (Perdana, 2001).
Pusat penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali, Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen padi mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi padi nasional adalah 47.293.000 ton.  Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi nasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi Jawa Barat seperti Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang berarti. Produksi padi nasional sampai Desember 1997 adalah 46.591.874 ton yang meliputi areal panen 9.881.764 ha. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia (Meneristek, 2009).
Dalam pertumbuhannya tanaman menglami gangguan baik dari faktor abiotik dan biotik. Dari biotik bisa berupa serangan hama ataupun penyakit, sehingga bisa merusak hasil panen nantinya. Arti hama secara sempit adalah binatang yang aktivitasnya mengganggu atau merusak tanaman. Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya dan menyebabkan kerugian secara ekonomis. Pengertian lain tentang hama adalah suatu gangguan yang terjadi pada tanaman atau pada komoditas tertentu yang disebabkan oleh binatang sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan dan kerugian secara ekonomis. Sedangkan penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi pathogen atau factor lingkungan dan berkembangnya gejala. Namun yang akan dibahan pada makalah ini adalah hama yang menyerang tanaman padi saja.
Seperti kita ketahui tanaman semusim seperti padi, kedelai, jangung dan sebagainya keadaan ekologinya berubah-ubah terus. Hal tersebut mengakibatkan tidak stabilnya keseimbangan antara populasi hama dan musuh alami (predator, parasit, dan patogen). Pada tanaman musiman, sering terjadi pemutusan masa bertanam yang akan mengakibatkan tidak berkembagnnya musush alami. Jadi perkembangan hama meningkat terus tampa ada faktor pembatas dari alam. Bersamaan dengan itu orang lalu menggunakan pestisida secara berlebihan, yang akhirnya mengakibatkan terjadinya resistensi pada hama, kematian musuh alami, timbulnya hama baru karena tidak adanya musuh alami, dan hama berusaha meningkatkan keturunannya karena karena generasinya terancam punah, terjadilah ledakan seperti wereng coklat pada padi (Tjahjadi, 1986).
Hama dan penyakit tanaman padi (Matnawi, 1986).
Hama perusak persemaian        :Tikus, ulat tanah, ulat grayak, laalt bibit
Hama perusak akar                   :Nematoda, anjing tanah, uret (larva Coleoptera), dan kutu akar padi
Hama perusak batang               :Tikus, penggerek batang, dan hama ganjur
Hama pemakan daun                :Pengorok daun, kumbang, belalang, ulat tanah, dan ulat kantung.
Hama pengisap daun                :Thrips, penggerek batang, dan hama ganjur.
Hama perusakbuah                   :Walang sangit, kepik, ulat, tikus, dan burung


BAB III
PEMBAHASAN
A.      HAMA UTAMA PADA TANAMAN PADI
1.         Penggerek Batang (Tryporiza sp.) 
http://jogjatani.16mb.com/wp-content/uploads/2013/04/penggerek_batang.jpg
Penggerek Batang (Tryporiza sp.) adalah hama yang menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata. Serangan yang terjadi pada fase vegetatif, daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep). Apabila serangan terjadi pada fase generatif, larva penggerek batang akan memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabutdan pada pangkal batang terdapat bekas gerekan larva penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk). Cara menyerangnya yaituLarva hidup dan menggerek batang padi serta mampu merusak beberapa tunas sebelum menjadi pupa.  Gejala serangannyaPada fase vegetatif (sundep) pucuk – pucuk tanaman kering dan mati karena batang digerek oleh larva, sedangkan pada fase generatif (beluk) malai menjadi hampa, berwarna putih dan berdiri tegak, pucuk dan malai yang terserang mudah dicabut.
2.         Wereng hijau atau wereng daun (Nephotettix apicalis dan Nephotettix impicticeps)
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEStAtz4yFQVzwNpxIT2FBA8QY4XshNH9iZj-pqb_8qB1Z9NKfhNtT2C_tlpBHiUxvftdSV1uDcme-kOTEdWae6sArXzeg3OpCxjdE1tq0vORadhEKOGO4KInTbPpeyOkxvTCh_lEvz3g/s1600/hama-padi.jpg
Wereng hijau merupakan vektor dari penyakit tungro pada tanaman  padi. Wereng hijau menularkan beberapa penyakit virus/mikoplasma yaitu penyakit tungro dan kerdil kuning. Dari empat spesies wereng hijau  Nephotettix virescens Distant yang paling efisien memindahkan virus tungro. Kehilangan hasil akibat serangan tungro pada tanaman padi sangat bervariasi, tergantung pada saat tanaman terinfeksi, lokasi, titik infeksi, musim tanam dan jenis varietas yang ditanam. Di Indonesia terdapat empat spesies wereng hijau, yaituNephotettix virescens, N. nigropictus, N.malayanus, dan N. parvus.Di antaraempat spesies tersebut, N. Virescens merupakan vektor yang paling efisien dalam menularkan kompleks virus penyebab penyakit tungro. Di antara vektor virus tungro yang ada di Indonesia, N. virescensadalah vektor terpenting, Karena paling efektif menularkan virus tungro dan populasinya dominan di antaravektor lain. Nephottetix sp.dikenal sebagai wereng hijau, karma warnanya hijau Banyak menyerang bagian daun atamanpaid. Serangga dewasa berukuran 4 – 6 mm, telurnya berbentuk bulat panjang atau lonjong berwarna terang (kuning pucat), berukuran 1,3 X 0,30 mm. Telur ini diletakkan berderet-deret sebanyak 5 -25butir. Serangga betina mampu bertelur 200 – 300 butir yang diletakkan di dalam jaringan pelepah daun. Telur menetas setelah 4 – 8 hari Ban membentuk serangga muda (nimfa).Nimfa ini mengalami 5 kali ganti kulit selama 16 -18 hari. Serangga dewasa berukuran 4 – 6 mm, telurnya berwarna pucat lonjong dan berukuran 1.3 x 0,3 mm. Telur ini diletakkan berderet sebanyak 25 butir pada jaringan pelepah daun, tepi daun atau ibu tulang daun. Setelah 4 – 6 hari telur menetas dan 14 hari kemudian menjadi dewasa. Disamping menyerang padi, juga menyerang rerumputan lainnya.
3.     Keong Mas
Keong mas tanaman padi sawah adalah Pomacea canaliculata. Keong mas merusak tanaman padi dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman. Keong mas menyenangi tempat-tempat yang digenangi air. Di Daerah Istimewa Aceh misalnya, keongmas telah menjadi hama utama, terutama pada areal sawah beririgasi. Tingkat serangan hama tersebut pun tergolong cukup tinggi. Serangan berat umumnya terjadi di persemaian sampai tanaman berumur dibawah 4 MST. Pada tanaman dewasa, gangguan keong mas hanya terjadi pada anakan sehingga jumlah anakan produktif menjadi berkurang.
4.         Wereng Coklat
 
Wereng coklat tanaman padi sawah adalah Nilaparvata lugens Stal. Wereng coklat merupakan hama dari golongan insekta yang sangat merugikan pertanaman padi di Indonesia. Hama ini menyebabkan tanaman padi mati kering dan tampak seperti terbakar, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Pemupukan kandungan N tinggi yang tidak diimbangi dengan P dan K tinggi serta penanaman dengan jarak tanam rapat sangat rentan terserang wereng coklat. Hama wereng coklat menyerang tanaman padi mulai dari pembibitan hingga fase masak susu. Gejala serangan adalah terdapatnya imago wereng coklat pada tanaman, menghisap cairan tanaman pada pangkal batang, kemudian tanaman menguning dan mengering. Wereng coklat ini menjadi salah satu hama utama tanaman padi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1970-an. Ini merupakan konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi (varietas unggul, pemupukan N dosis tinggi, penerapan IP>200, dsb).  Dengan menghisap cairan dari dalam jaringan pengangkutan tanaman padi, Wereng coklat dapat menimbulkan kerusakan ringan sampai berat pada hampir semua fase tumbuh, sejak bibit, anakan, sampai fase masak susu (pengisisan). Gejala Wereng coklat pada individu rumpun dapat terlihat dari daun-daun yang menguning, kemudian tanaman mengering dengan cepat (seperti terbakar). Gejala ini dikenal dengan istilah hopperburn.


5.      Tikus Sawah 
 
Tikus Sawah tanaman padi sawah adalah Rattus argentiventer Rob Kloss.  Tikus sawah merupakan hama utama tanaman padi dari golongan mamalia (binatang menyusui). Tikus merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan besar apabila tikus menyerang pada saat primodia. Tikus akan memotong titik tumbuh atau memotong pangkal batang untuk memakan bulir gabah. Tikus menyerang pada malam hari dan pada siang hari tikus bersembunyi di lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak atau gulma. Pengendalian hama tikus memerlukan pendekatan yang sangat spesifik. Tikus sawah menyebabkan kerusakan tanaman padi mulai dari persemaian padi hingga padi siap dipanen, dan bahkan menyerang padi di dalam gudang penyimpanan. Kerusakan akibat serangan tikus sawah bisa mengakibatkan puso dengan nilai kerugian yang jauh lebih tinggi dibanding serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lain. Gejala serangannya yaitu tikus menyerang berbagai tumbuhan,  Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat penyimpanan, Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji-bijian tetapi juga batang tumbuhan muda,  Tikus membuat lubang-lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak-semak

 Hama ulat grayak menyerang tanaman dengan memakan daun dan hanya meninggalkan tulang daun dan batang. Ulat "Grayak" sangat ditakuti oleh petani karena setiap musim panen hama ini selalu ada. Ulat "grayak" ini menyerang tanaman padi pada semua stadia. Serangan terjadi pada malam hari dan siang harinya, larva ulat "grayak" bersembunyi pada pangkal tanaman, dalam tanah atau di tempat-tempat yang tersembunyi. Seranga ulat ini memakan helai-helai daun dimulai dari ujung daun dan tulang daun utama ditinggalkan sehingga tinggal tanaman padi tanpa helai daun. Pada tanaman yang telah membentuk malai, ulat "grayak" kadang-kadang memotong tangkai malai, bahkan ulat "grayak" ini juga menyerang padi yang sudah mulai menguning. Batang padi yang mulai menguning itu membusuk dan mati yang akhirnya menyebabkan kegagalan panen.  Serangga dewasa jenis Spodoptera litura, memiliki ukuran panjang badan 20 - 25 mm, berumur 5 - 10 hari dan untuk seekor serangga betina jenis ini dapat bertelur 1.500 butir dalam kelompok-kelompok 300 butir. Serangga ini sangat aktif pada malam hari, sementara pada siang hari serangga dewasa ini diam ditempat yang gelap dan bersembunyi. Serangga ini memiliki telur dengan bentuk bulat. Telur dari serangga Leucania separata susunannya diletakkan dalam 2 barisan dalam gulungan daun atau pada pangkal daun permukaan sebelah bawah, dengan ukuran 0,5 x 0,45 mm, berwarna putih abu-abu dan berubah menjadi kuning sebelum menetas. Sedangkan serangga Spodoptera F susunan telurnya diletakkan dalam kelompok tiap kelompok tersusun oleh 2 - 3 lapisan telur, dan kelompok telur tertutup oleh bulu-bulu pendek berwarna coklat kekuningan dengan umur telur 3 - 4 hari.


B.       TEKNIK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN PADI
1.    Penggerek Batang Padi
a.         Pengendalian Secara Biologi
Pengendalian ini menggunakan musuh alami yang terdiri atas predator dan parasitoid untuk membatasi populasi penggerek batang. Predator adalah musuh alami yang langsung memakan hama. Belalang Conochepalus longipennis adalah predator telur penggerek batang, sedangkan predator ngengat adalah laba-laba, capung dan burung.  Parasitoid adalah serangga yang hidup sebagai parasit selama masa pra dewasa penggerek. Parasitoid telur adalah yang paling banyak  dikembangkan, antara lain : Tricogramma japonicum Ashmead, Telenomus rowani (Gahan), dan Tetrastichus schoenobii Ferriere.
b.         Pengendalian Secara Mekanik
Pengendalian mekanik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengambilan kelompok telur secara intensif di pesemaian, dan penangkapan ngengat secara massal dengan menggunakan lampu. Penangkapan ngengat secara massal memerlukan 23 lampu petromak/ha. Penggunaan feromon dapat secara nyata mengurangi serangan penggerek batang padi putih.
c.         Pengendalian Secara Kultur Teknik
Pengendalian penggerek batang secara kultur merupakan cara yang paling ramah lingkungan dan tidak mengganggu musuh alami. Penggunaan pupuk organik sebanyak 2 ton/ha dapat meningkatkan populasi musuh alami sehingga35 menekan serangan penggerek batang. Waktu tanam yang tepat dapat menghindari serangan penggerek batang. Hindari penanaman pada bulan Desember-Januari karena suhu, kelembaban, dan curah hujan saat itu sangat sesuai untuk perkembangan penggerek batang.
d.        Pengendalian Secara Kimiawi
Sebelum dilakukan aplikasi insektisida, sebaiknya dilakukan kegiatan pemantauan ngengat dan pemantauan kerusakan tanaman. Pemantauan dapat dilakukan dengan menggunakan lampu perangkap atau feromon. Pemantauan perlu dilakukan untuk mengatasi penggunaan insektisida secara berlebihan, karena dapat berdampak buruk terhadap keberadaan populasi musuh alami predator dan parasitoid. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (2002) telah menetapkan ambang kendali berdasarkan kerusakan tanama pada stadia vegetatif adalah 6% dan pada stadia generatif adalah 10%. Perlu diperhatikan bahan aktif yang terkandung di dalam insektisida, bahan aktif yang dapat digunakan antara lain karbofuran, tiokloprid, fipronil dan karbosulfan (bersifat sistemik). Bahan aktif yang bersifat racun kontak antara lain dimehipo, bensultaf, mitac dan imidakloprid.
e.         Alternatif Pengendalian
Pengendalian penggerek batang dengan teknologi feromon seks, sehingga komunikasi antara ngengat betina dan jantan akan terganggu. Komunikasi yang terganggu menyebabkan terhambatnya proses perkawinan. Feromon seks adalah senyawa kimia yang dikeluarkan oleh ngengat betina yang masih virgin. Senyawa ini memiliki sifat yang merangsang serangga jantan menemukan serangga betina untuk melangsungkan perkawinan. Senyawa ini dimanfaatkan untuk pembuatan senyawa sintetik dalam mengendalikan hama penggerek batang.
2.    Wereng Hijau
Pada prinsipnya penyakit tungro tidak dapat dikendalikan secara langsung artinya, tanaman yang telah terserang tidak dapat disembuhkan. Pengendalian bertujuan untuk mencegah dan meluasnya serangan serta menekan populasi wereng hijau yang menularkan penyakit. Mengingat banyaknya faktor yang berpengaruh pada terjadinya serangan dan intensitas serangan, serta untuk mencapai efektivitas dan efisiensi, upaya pengedalian harus dilakukan secara terpadu yang meliputi :
a.         Penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida dalam mengendalikan tungro bertujuan untuk eradikasi wereng hijau pada pertanaman yang telah tertular tungro agar tidak menyebar ke pertanaman lain dan mencegah terjadinya infeksi virus pada tanaman sehat. Penggunaan insektisida sistemik butiran (carbofuran) lebih efektif mencegah penularan tungro. Mengingat infeksi virus dapat terjadi sejak di pesemaian, sebaiknya pencegahan dilakukan dengan menggunakan insektisida confidor. Setelah beberapa ilmuan melakukan penelitian ternyata penggunaan insektisida confidor ini cukup efektif dalam pemberantasan hama wereng hijau. Insesektisida hanya efektif menekan populasi wereng hijau pada pertanaman padi yang menerapkan pola tanam serempak. Karena itu pengendalian penyakit tungro yang sangat berbahaya akan berhasil apabila dilakukan secara bersama-sama dalam hamparan relatif luas, utamakan pencegahan melalui pengelolaan tanaman yang tepat (PTT) untuk memperoleh tanaman yang sehat sehinga mampu bertahan dari ancaman hama dan penyakit.
b.         Pemupukan N yang tepat
Pemupukan N berlebihan menyebab-kan tanaman menjadi lemah, mudah terserang wereng hijau sehingga memudahkan terjadi inveksi tungro, oleh karena itu penggunaan pupuk N harus berdasarkan pengamatan dengan Bagan Warna Daun (BWD) untuk mengetahui waktu pemupukan yang paling tepat. Dengan BWD, pemberian pupuk N secara berangsur-angsur sesuai kebutuhan tanaman sehingga tanaman tidak akan menyerap N secara berlebihan.
c.         Menanam varietas tahan
Menanam varietas tahan merupakan komponen penting dalam pengendalian penyakit tungro.Varietas tahan artinya mampu mempertahankan diri dari infeksi virus dan atau penularan virus oleh wereng hijau.Walaupun terserang, varietas tahan tidak menunjukkan kerusakan fatal, sehingga dapat menghasilkan secara normal. Ada beberapa jenis varietas yang mampu tahan terhadap serangan hama wereng hijau, jenis  varietas yang mampu tahan terhadap serangan hama wereng hijau tersebut adalah Tukad Petanu , Tukad Unda , Tukad Balian , Bondoyudo, Kalimas.
d.        Penanaman serempak
Penanaman serempak merupaka salah satu cara pengendalian hama wereng hijau secara efektif, hal itu disebabkan oleh penanaman tidak serempak menjamin ketersediaan inang dalam rentang waktu yang panjang bagi perkembangan virus tungro, sedangkan bertanam serempak akan memutus siklus hidup wereng hijau dan keberadaan sumber inokulum. Penularan tungro tidak akan terjadi apabila tidak tersedia sumber inokulum walaupun ditemukan wereng hijau, sebaliknya walaupun populasi wereng hijau rendah akan terjadi penularan apabila tersedia sumber inokulum.
3.    Keong Mas
Pengendalian Hama Keong Mas
Pretanam dan semai :
·      Pembuangan keong mas
·      Sebar benih lebih dan sanitasi saluran irigasi
Vegetatif :
·      Pembuangan keong, pada daerah endemik keong, benih ditanam lebih tua umur 15 s/d 20 hari.
·      Perlakukan benih dengan Fipronil
·      Tidak menggenangi lahan hingga 7 HST.
·      Pembuatan parit kecil/caren dalam 1 petak sawah,
·      Pasang saringan di pemasukan air dengan mesh 5 mm dan pasang ajir.
·      Pengumpanan daun talas dan pepaya.
·      Aplikasi niklosamida saponin.
4.    Wereng Batang Coklat
Pengendalian wereng batang coklat dilakukan dengan teknik pengendalian sebagai berikut :
a.         Pengaturan Pola Tanam.
Pengaturan pola tanam yang diterapkan adalah tanam serentak, pergiliran tanaman dan pergiliran varietas berdasarkan tingkat ketahanan dan tingkat biotipe wereng batang coklat. Dengan tanam serentak diharapkan tidak terjadi tumpang tindih generasi hama sehingga populasi wereng coklat tidak mempunyai kemampuan untuk berkembangbiak terus menerus, memudahkan pengamatan dan tindakan korektif apabila diperlukan. Tanam serentak juga dapat membantu memutus ketersediaan makanan hama karena adanya periode tidak ada tanaman (bera). Tanam serentak hendaknya dilakukan pada areal yang sekurang-kurangnya satu petak tersier atau wilayah kelompok tani dengan selisih waktu tanam paling lama 2 minggu.
b.        Penggunaan Varietas Tahan.
Penggunaan varietas tahan dan pergiliran varietas tahan dilakukan untuk menekan dan menghambat perkembangan biotipe baru. Varietas yang digilir harus dari kelompok varietas yang memiliki gen tahan baik dalam musim maupun antar musim namun demikian penggunaan varietas tahan masih mengandung resiko karena ketahanan genetik varietas tahan dapat dipatahkan oleh adanya perkembangan biotipe wereng coklat.
c.         Pengendalian Hayati.
Penggunaan cendawan entomopathogen yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan Wereng coklat antara lain : Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae, M. flavoviridae dan Hersutella citriformis.
d.        Eradikasi.
Eradikasi dilakukan apabila ditemukan serangan kerdil rumput dan kerdil hampa dengan pencabutan dan pemusnahan.
e.         Penggunaan Insektisida.
Pengedalian dengan insektisida dilakukan apabila telah ditemukan populasi wereng coklat 10 ekor / rumpun (1 ekor / tunas) pada tanaman berumur < 40 HST dan 20 ekor/ rumpun pada tanaman berumur > 40 HST. Insektisida yang dipilih bersifat selektif, efektif dan diijinkan untuk digunakan pada tanaman padi.
f.          Untuk daerah yang telah ditemukan serangan virus (kerdil rumput dan atau kerdil hampa) digunakan insektisida butiran 1 hari sebelum pengolahan tanah secara seed bed treatment. Dan dilanjutkan penyemprotan insektisida pda persemaian apabila ditemukan adanya populasi wereng coklat.
5.    Tikus Sawah
Pengendalian tikus harus sudah dilaksanakan pada saat tanaman padi di persemaian sampai anakan maksimum dengan teknik pengendalian sebagai berikut :
a.    Pada saat pra tanam atau pengolahan tanah dilakukan gropyokan, sanitasi lingkungan dan pengumpanan beracun di habitatnya.
b.    Tanam serentak dengan selang < 10 hari dalam areal luas (+ 300 Ha) sehingga masa generatif tanaman hampir serempak yang diharapkan pertumbuhan populasi tikus dapat dideteksi dan upaya pengendalian dapat direncanakan dengan baik.
c.    Minimalisasi ukuran pematang dan tanggul disekitar persawahan sehingga mengurangi kesempatan pembuatan liang
d.    Sanitasi lingkungannam persawahan (semak, rumput dan tempat persembunyian lain)
e.    Pemagaran persemaian dengan plastik dan dikombinasikan dengan pemasangan perangkap bubu
f.     Pada tanaman muda dilakukan pemasangan umpan beracun antikoagulan, pengemposan, sanitasi lingkungan, pemasangan pagar plastik dan dikombinasikan dengan perangkap bubu pada pertanaman yang berbatasan dengan sumber serangan
g.    Pemasangan bubu yang dikombinasikan dengan pagar plastik serta tanaman perangkap. Untuk setiap + 13 ha dapat diwakili satu petak tanaman perangkap.
h.    Pemanfaatan musuh alami antara lain kucing, anjing, ular sawah, burung elang dan burung hantu.
6.      Ulat grayak
Cara Pengendalian:
·      Persemaian jauh dari areal yang banyak rerumputan
·      Sanitasi persemaian
·      Penggenangan persemaian, baik yang sudah terserang/belum terserang sehingga ulat grayak tidak dapat menggerek pangkal batang padi.
·      Bila diperlukan gunakan insektisida yang berbahan aktif BPMC atau karbofuran.
C.      CONTOH KASUS YANG PERNAH TERJADI
1.         Ledakan populasi hama wereng coklat batang padi Nilaparvata lugens di Indonesia pada tahun 1975-1976 mampu merusak pertanaman padi hingga ratusan ribu hektar dinyatakan puso. Hama wereng coklat ini dapat menyebabkan tanaman padi mati kering dan tampak seperti terbakar atau puso, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Tanaman padi yang rentan terserang wereng coklat adalah tanaman padi yang dipupuk dengan unsur N terlalu tinggi dan jarak tanam yang merupakan kondisi yang disenangi wereng coklat. Hama wereng coklat menyerang tanaman pada mulai dari pembibitan hingga fase masak susu. Gejala serangan adalah terdapatnya imago wereng coklat pada tanaman dan menghisap cairan tanaman pada pangkal batang, kemudian tanaman menjadi menguning dan mengering.
2.         Di Benggala India pada tahun 1942 terjadi kerusakan padi karena jamur Helminthosporium oryzae yang menyebabkan kerugian 50 – 90 % dan berakibat terjadinya kelaparan. Jamur  Helminthosporium oryzae  ini menyerang dan menghancurkan semua varietas padi yang ditanam sehingga menyebabkan lebih kurang  dua juta penduduk   mati kelaparan
3.         Penyakit habang virus (Indonesia) atau penyakit merah (Malaysia) atau penyakit tungro (Filipina) atau penyakit yellow orange leaf (Thailand) pernah dapat merusak padi seluas 10.000 sampai 660.000 hektar di negara-negara Asia Tenggara tersebut.
4.         Tikus sawah merupakan hama padi yang menimbulkan kerusakan dan kerugian besar pada tanaman padi di negara-negara Asia pada umumnya, termasuk Indonesia. Berdasarkan laporan  Singleton (2003), kehilangan hasil padi akibat tikus sawah di 11 negara Asia (Banglades, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Philippina, Thailand dan Vietnam) diperkirakan mencapai 5–10%. Apabila dihitung kerugian sebesar 5% saja, nilainya setara dengan 30 juta ton beras dan cukup untuk memberi makan 180 juta orang  selama 12 bulan. Tingkat kerusakan oleh tikus sawah pada tanaman padi di Indonesia, bervariasi dari kerusakan ringan sampai terjadi puso atau gagal panen. Rata-rata intensitas serangan tikus setiap tahun pada tanaman padi di Indonesia selama sepuluh tahun (1989–1998) mencapai 19,3%, dengan luas serangan 90.837 ha. Sedangkan pada kurun waktu tahun 1998–2002 tercatat luas serangan mencapai 165.381 ha dan 7.699 ha diantaranya puso (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2003). Kerusakan akibat hama tikus pada tanaman padi tersebut, selalu merupakan kerusakan terbesar dibanding dengan kerusakan yang ditimbul­kan oleh hama utama padi lain, seperti wereng cokelat dan penggerek batang padi. Distribusi kerusakan oleh tikus sawah pada tanaman padi, terjadi di seluruh propinsi di Indonesia, dengan intensitas dan luas serangan bervariasi. Sebagai contoh pada tahun 2002 serangan tikus paling berat terjadi di Jawa Barat yaitu lebih dari 20.000 ha, disusul Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan masing-masing antara 10.000–20.000 ha, Jawa Timur, Lampung dan Sulawesi Tenggara masing-masing antara 5.000–10.000 ha, serta propinsi lainnya masing-masing kurang dari 5.000 ha (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2003).
5.         Di Daerah Istimewa Aceh misalnya, keongmas telah menjadi hama utama, terutama pada areal sawah beririgasi. Tingkat serangan hama tersebut pun tergolong cukup tinggi. Serangan berat umumnya terjadi di persemaian sampai tanaman berumur dibawah 4 MST. Pada tanaman dewasa, gangguan keongmas hanya terjadi pada anakan sehingga jumlah anakan produktif menjadi berkurang. Perkembangan hama ini sangat cepat, dari telur hingga menetas hanya butuh waktu 7–4 hari. Disamping itu, satu ekor keongmas betina mampu menghasilkan 15 kelompok telur selama satu siklus hidup (60-80 hari), dan masing-masing kelompok telur berisi 300-500 butir . Seekor keongmas dewasa mampu menghasilkan 1000–1200 telur per bulan. Kerugian yang ditimbulkan oleh hama ini cukup besar. Tahun 1989 di Filipina misalnya, kerusakan tanaman padi mencapai 400.000 ha. Di Indonesia gangguan hama keongmas juga cukup signifikan. Di Kabupaten Lampung Selatan (1992), keongmas merusak tanaman padi seluas 400 ha dengan kepadatan populasi antara 2-32 ekor per meter persegi. Di Kabupaten Aceh Besar (1998), keongmas menyerang tanaman padi lebih dari 10.000 ha. Hal yang sama juga terjadi di Aceh Utara dan Aceh Timur sehingga banyak tanaman padi gagal panen. Untuk mengatasi perkembangan hama ini secara luas perlu dicari teknologi pengendalian yang tepat serta efektif, sehingga perkembangan keongmas dapat ditekan berada dibawah ambang ekonomi.
D.      DAMPAK KERUGIAN AKIBAT SERANGAN HAMA
Hama adalah sekelompok organisme pengganggu tanaman yagn dapat merusak tanaman budidaya baik secara fisik maupun fisiologisnya. Dampak kerugian akibat serangan hama tersebut adalah :
1.    Gagal Panen                                                                                                     
Akibat serangan hama yang paling ditakuti oleh para petani adalah terjadinya gagal panen. Kegagalan ini dikarenakan hama yang menyerang tanaman menjadikan tanaman sebagai bahan makanan, dan tempat tinggal bagi  mereka. Hama merusak tanaman dengan cara :
·      Menghisap cairan tanaman
·      Memotong batang tanaman baik yang muda maupun tua
·      Memakan daun muda dan tua serta tunas-tunas muda pada tanaman
·      Menghisap cairan dan memakan daging buah yang dapat menurunkan nilai ekonomis buah
·      Membuat rumah atau sarang sebagai tempat tinggal dan berkembang biak baik pada batang, daun maupun buah
2.    Menurunnya Jumlah Produksi Tanaman                                                                   
Dengan serangan yang dilakukan oleh hama pada tanaman maka tanaman tidak akan mampu menghasilkan produksi secara maksimal karena terjadinya pembatasan pertumbuhan akibat hama yang berada pada tanaman budidaya. Hal ini disebabkan karena proses fisiologi tanaman yang terganggu. Dengan daun dan batang serta tunas-tunas muda yang habis dimakan oleh hama secara tidak langsung tanaman tidak dapat melaukan proses fotosintesis untuk menghasilkan produksi dengan baik bahkan tidak dapat melakukan fotosentesis
3.    Pertumbuhan Tanaman yang Terganggu
Serangan hama dapat meyebabkan pertumbuh tanaman menjadi terhambat dan bahkan tidak jarang mengalami stagnan pertumbuhan atau kerdil. Seperti serangan hama wereng pada tanaman padi yang dapat mengakibatkan tanaman padi menjadi kerdi dan tidak dapat berproduksi.
4.    Menurunkan Nilai Ekonomis Hasil Produksi                                                             
Hama yang menyerang pada buah atau bagian tanaman yang memiliki nilai ekonomis akan menjadi menurun. Hal ini disebabkan, hama merusak bagian-bagian buah mupun daun tanaman. Dimana penurunan ini karena adanya bagian yang diseranga oleh hama mengalami cacat dan busuk serta mengandung ulat atau larva-larva hama. Sehingga produksi tidak dapat dikonsumsi.
5.    Kerugian bagi para Petani                                                                                   
Dampak ini timbul karena tidak adanya produksi yang dihasilkan oleh tanaman atau gagal panen serta turunnya nilai ekonomis hasil produksi. Kerugian ini disebabkan tidak adanya pendapatan petani sedangkan biaya budidaya tanaman telah mereka keluarkan dalam jumlah yang sangat besar baik dari segi pengolahan lahan, benih, penanaman serta perawatan. Sedangkan hasilnya tidak meraka dapatkan. Hal ini semakain memperpuruk kondisi dan iklim pertanian di indonesia
6.    Terjadinya Alih Fungsi Lahan                                                                                   
Alih fungsi lahan dilakukan oleh para petani dikarenakan pendapatan yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan pengeluaran yang dilakakan dalam usaha pertanian. Sehingga muncul pemikiran untuk mengalih fungsikan lahan pertanian yagn subur ke bidang usaha lain yang lebih menjanjikan keuntungan bagi mereka. Kondisi seperti ini semakin memperpuruk iklim pertanian di indonesia serta ketahan bahan pangan dalam negri.
7.    Degradasi Agroekosistem                                                                                            
Degradasi ekosistem terjadi karena adanya usaha yng dilakukan oleh para petani dalam penaggulangan serangan hama yang tidak memikirikan dampak negatif terhadap lingkungan serta komponen-komponen penyusun agroekosistem. Pencemaran lingkungan tersebut kerena adanya zat-zat yang berbahaya akibat digunakannya pestisida. Dengan adanya penanggulanag serangan hama yang tida sesuai ini menyebabkan terjadinya degradasi ekosistem alami.
8.    Munculnya resistensi dan returgensi hama                                          
Dengan penanggulangan serangan  hama yang tidak sesuai akan menyebabkan resistensi atau kekebalan hama terhadap pestisida dan returgensi atau ledakan jumlah populasi hama yang berakibat pada damapa kerugian aygn lebih komplek dalam usaha budidaya tanaman itu sendiri.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa hama yang sering menyerang tanaman padi adalah penggerek batang, wereng hijau, keong mas, wereng coklat, tikus sawah, ulat grayak, sedagnkan dampak yang disebabkan oleh hama-hama tersebut bervariasi bergantung tingkat serangan, dan banyaknya hama yang menyerang. Jika serangan telah parah dapatnyebabkan rusaknya hasil padi dan dapat menyebabkan poso bahkan kelaparan pada beberapa kasus. Unruk teknik pengendaliannya bergantung pada jenis hama yang menyerang karena setiap hama mempunyai pengendalian yang berbeda.


Daftar Pustaka
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2009. Padi. Jakarta
(Perdana, A, S,. 200.  Budidaya Padi Gogo. Mahasiswa Swadaya Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian UGM)
Matnawi, H,. 1986. Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.
Tjahjadi, N,. 1986. Hama dan Penyakit Tanaman. Kasinius, Yogyakarta.
Read More ->>

Daftar Blog Saya

Blogroll

Statistik

latar blkng

Ganti Gambar Latarnya Sesuka Kamu


Pasang Seperti Ini

Followers

Pages

Blogger news

Banner

Flag Counter

Laman

Halaman

Oleh nanda nugraha. Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Popular Posts