Hama PBK pada Kakao
1. Tingkat Serangan PBK
Hama utama pada kakao yaitu Penggerek Buah Kakao (PBK) yang disebabkan
oleh Conopomorpha cramerella. Harga kakao Indonesia di terminal kakao
New York terus menurun dari 250 USD menjadi 125 USD per ton, jauh dari
harga kakao asal Pantai Gading (Afrika bagin barat) yang 250-300 USD per
ton. Harga kakao yang rendah ini selalu dihubungkan dengan adanya
serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK).
Penyebaran Hama PBK meliputi beberapa sentra produksi kakao seperti
Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan beberapa tempat lainnya. Buah kakao
terserang dengan gejala belang kuning hijau atau kuning jingga dan
terdapat lubang gerekan bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah
biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang
dan ukurannya menjadi lebih kecil. Karena biji-biji saling melekat
menyebabkan buah terserang jika dikocok tidak berbunyi, sedangkan buah
sehat akan berbunyi. Tanaman selain kakao yang dapat terserang yaitu
rambutan.
Petani sulit mengidentifikasi apakah tanaman coklat terserang hama PBK
atau tidak. Apabila buah kakao dibelah, isinya sudah tidak beraturan
akibat gerekan larva dari dalam buah. Petani akan menderita kerugian
besar, sehingga upaya pembahasan PBK dan alternatif pengendaliannya
menjadi penting.
Jika pada hamparan tanaman kakao terserang berat diprediksi tidak dapat
menghasilkan produksi optimal, karena ternyata buah kakao menjadi rusak
dan cacat akibat serangan hama ini. Dengan demikian perlu diupayakan
semaksimal mungkin untuk mengendalikan serangan hama tersebut baik
secara preventif maupun kuratif, setidaknya meminimalkan kerusakan dan
kerugian.
Gambar 1.
(a) Buah kakao terserang hama PBK
(b) Lubang masuk hama
Di beberapa daerah sentra tanaman kakao, biji yang rusak karena
serangan PBK dapat mencapai 82%. Artinya dari 1 kg hasil panen hanya
1,80 ons kakao yang bisa dimanfaatkan secara ekonomi. Dengan asumsi
produksi kotor sekitar 100 ton, maka yang dapat dimanfaatkan hanya 18
ton.
Hama PBK biasanya meletakkan telurnya setelah matahari terbenam pada
alur kulit buah kakao. Setelah telur menetas akan menjadi larva.
Gambar 2. Imago Conopomorpha Cramerella Snellen
Larva menjadi sumber kerusakan pada buah kakao karena akan segera
membuat lubang ke dalam buah yang dimaksudkan agar terhindar dari
pemangsa (predator). Larva yang masuk ke dalam buah akan tinggal pada
kumpulan beberapa biji atau plasenta (saluran makanan).
Di dalam buah, larva akan menggerek daging buah kakao tepat di bawah
plasenta. Selanjutnya bagian diantara biji serta plasentanya tergerek,
sehingga bila kulit buah dikupas akan tampak lubang berwarna merah muda
yang berliku-liku di dalam buah. Serangan PBK pada buah menyebabkan
biji gagal berkembang, biji dalam buah saling melekat, bentuknya kecil
dan ringan.
Keberadaan hama PBK dalam buah menyulitkan pengendalian hama dan
petani sulit mengindentifikasi kerusakan pada buah sejak dini, sehingga
aplikasi pestisida tidak efektif.
2. Siklus Hidup PBK.
Perkembangan dari telur menjadi imago (serangga dewasa) selama 35 –
45 hari. Siklus hidup serangga PBK tergolong metamorfosa sempurna yaitu :
telur, larva, pupa dan imago.
Gambar 3. Siklus Hidup PBK (Conopomorpha Cramerella Snellen)
Telur
Telur berwarna merah jingga dan diletakkan pada kulit buah,
terutama pada alur buah. Telur berukuran sangat kecil (sulit dilihat)
dengan panjang 0.8 mm dan lebar 0.5 mm. Serangga dewasa bertelur 50 –
100 butir pada setiap buah kakao. Telur akan menetas dalam waktu 6–9
hari.
Larva
Larva yang menetas dari telur tersebut berwarna jingga, bergerak
dan mulai membuat lubang ke dalam kulit, untuk selanjutnya masuk ke
dalam buah kakao. Larva tua berwarna putih kekuningan. Lubang gerekan
berada tepat di bawah tempat meletakkan telur. Larva akan menggerek
daging buah, diantara biji dan plasenta. Panjang larva sekitar 1,0-1,2
cm dan berwarna ungu muda hingga putih, lama hidup dalam buah kakao
antara 14 – 18 hari, kemudian menjadi kepompong. Setiap buah dapat
mengandung 6-40 larva.
Kepompong
Kepompong terlindung dalam anyaman kokon . Periode kepompong 6-8
hari, warna abu-abu gelap dan panjang 8 mm. Biasanya larva berkepompong
pada daun atau alur buah, dan larva membuat lubang keluar dengan
benang-benang sutra yang keluar dari mulutnya. Melalui benang tersebut,
larva turun ke tanah dan menggulung menjadi kepompong. Dengan demikian
kepompong seringkali di temukan pada daun kering di tanah, keranjang,
karung atau kantong plastik yang ada di sekitar pohon kakao. Kepompong
berubah menjadi imago.
Imago
Imago berwujud kupu-kupu kecil (ngengat) dengan panjang 7 mm dan
lebar 2 mm, memiliki sayap depan berwarna hitam bergaris putih, pada
setiap ujungnya terdapat bintik kuning dan sayap belakang berwarna
hitam. Antena yang lebih panjang dari badannya dan runcing. Imago aktif
mulai senja sampai malam hari, pada pukul 18.00 – 20.30. Pada siang hari
biasanya berlindung di tempat lembab dan tidak terkena sinar matahari.
Daya terbangnya tidak terlalu tinggi namun mudah terbawa oleh angin.
Serangga dewasa ini sendiri hanya berumur 5 – 7 hari, setelah bertelur
akan mati.
3. Pengendalian PBK.
Pengendalian dapat dilakukan baik secara preventif maupun kuratif.
Berdasarkan pengalaman, serangan PBK dapat mencapai 0 % apabila
dilakukan aplikasi 1 x insektisida yang telah direkomendasikan oleh
Komisi Pestisida sebelum sarungisasi menggunakan kantong plastik.
3.1. Tindakan Pencegahan Serangan PBK
a. Karantina.
Metode karantina dilakukan bertujuan mencegah masuknya hama dari
negara lain seperti Philipina dan Malaysia atau dari satu daerah ke
daerah lain dengan cara menghindari masuknya buah yang terjangkit serta
bahan maupun alat yang mengandung hama PBK.
b. Frekuensi Panen.
Kakao yang dipanen sering kurang beresiko terserang hama PBK .
Kulit buah yang telah dipanen perlu dikumpulkan dan dibenamkan ke dalam
tanah sehingga mampu menekan populasi serta perkembangbiakan PBK karena
banyak larva yang juga ikut terbenam bersama kulit buah menjadi kompos.
c. Pemangkasan.
Pemangkasan kakao dapat dilakukan sebagai salah satu teknik
pengendalian hama PBK, karena kanopi menjadi tidak terlalu rimbun.
Kondisi kanopi yang rimbun sangat kondusif bagi pertumbuhan hama PBK.
Dengan pertimbangan bahwa kelemahan imago PBK tidak menyukai sinar
matahari langsung, sehingga bila sering dilakukan pemangkasan teratur
akan dapat menekan populasi hama karena distribusi sinar matahari pada
bagian tanaman maupun areal kebun menjadi merata. Pemangkasan bentuk
pohon kakao dilakukan dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m
memudahkan saat pengendalian dan panen.
d. Pemupukan.
Apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman terpenuhi akan
memperlancar proses metabolisme tanaman. Selanjutnya akan mempercepat
masaknya buah, sehingga dapat mengurangi tingkat kerusakan buah dan
memungkinkan frekuensi panen lebih sering. Pertumbuhan tanaman yang
sehat akan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama PBK.
3.2. Tindakan Kuratif Pengendalian PBK
a. Sanitasi dan Sistem Rampasan.
Sanitasi berarti membersihkan areal kebun dari daun kering, ranting
kering, kulit buah dan gulma yang berada di sekitar tanaman. Keadaan
yang bersih menjadikan kondisi yang tidak sesuai bagi hama PBK.
Sistem Rampasan dimaksudkan memetik buah terserang PBK. Pada akhir
panen, semua sisa buah kakao dipetik dan dimusnahkan. Daur hidup hama
akan terputus, sehingga serangan pada periode berikutnya akan rendah.
b. Kondomisasi/ Pembungkusan.
Kondomisasi atau sarungisasi berarti membungkus buah kakao dengan
plastik. Caranya yaitu ujung bagian atas kantong plastik diikatkan pada
tangkai buah, sedangkan ujung buah tetap terbuka. Dengan cara
penyelubungan buah tersebut, hama tidak dapat meletakkan telur pada
kulit buah sehingga buah terhindar dari serangan larva. Pembungkusan
dilakukan ketika buah berukuran kecil, 8-12 cm.
Gambar 4. Pembungkusan buah kakao dengan plastik
Untuk menjaga stabilitas tingkat serangan hama PBK 0 % dapat dilakukan tindakan berikut :
1. Didahului dengan aplikasi insektisida satu kali pada saat panjang buah 8-12 cm, selanjutnya buah tersebut dibungkus plastik
2. Panen sering, buah yang masak dijemur.
3. Disertai pemangkasan dan pemupukan sesuai dosis anjuran.
0 komentar:
Posting Komentar